1.
Legong Lasem (Kraton) :
Tari ini
dikembangkan di Peliatan. Tarian yang baku ditarikan
oleh dua orang Legong dan seorang condong. Condong tampil pertama kali, lalu
menyusul dua Legong yang menarikan Legong
lasem. Repertoar dengan tiga penari dikenal sebagai Legong Kraton. Cerita
tari Legong diambil dari gambuh (drama tari yang mengambil tema dari Malat,
sastra klasik yang menceritakan tentang perjanjian Panji, pahlawan Jawa). Legong
Lasem mengisahkan kegemulaian Putri Rangesari.
2. Legong
Kuntul :
Legong ini menceritakan beberapa ekor burung bangau
putih ( kuntul ) yang asyik bercengkrama dan melakukan kebiasaannya sehari-
hari dalam mencari makan, terbang, dan bermain bersama. Legong Kuntul termasuk
dalam jenis Legong non dramatik yang menggambarkan keanggunan burung bangau di
tengah sawah. Tarian ini biasanya dibawakan oleh 4-8 penari. Melodi dan gerakan
yang sangat khas memperindah tarian yang sangat klasik ini.
3.
Legong Kuntir :
Di sini diungkap pertarungan antara dua
kera bersaudara Subali dan Sugriwa memperebutkan Dewi Tara dalam kisah
Ramayana. Kuntir – mengisahkan pertarungan dua kakak-beradik
memperebutkan seorang perempuan jelita. Terjadi pertengkaran akibat salah
pengertian yang kemudian memuncak menjadi suatu pertempuran sengit. Sugriwa kalah
dan Dewi Tara diambil Subali, dalam kesedihan Sugriwa mengutus Hanuman untuk
meminta bantuan Sang Rama. Akhirnya atas bantuan Sang Rama, Subali berhasil
dikalahkan dan Sugriwa mendapatkan kembali Dewi Tara.
4. Legong Jobog :
Kisah yang diambil adalah dari cuplikan Ramayana, tentang
persaingan dua bersaudara Sugriwa dan Subali (Kuntir dan
Jobog) yang memperebutkan ajimat dari ayahnya. Karena ajimat itu dibuang ke
danau ajaib, keduanya bertarung hingga masuk ke dalam danau. Tanpa disadari,
keduanya beralih menjadi kera, dan pertempuran tidak ada hasilnya. Jobog
mengisahkan Subali dan Sugriwa yang memperebutkan Cupu manic Astagina. Kostum
Jobog didominasi warna pink tua.
5. Legong Legod
Bawa :
Tari ini
mengambil kisah persaingan Dewa Brahma dan Dewa Wisnu tatkala
mencari rahasia lingga Dewa Syiwa. Legod Bawa
mengisahkan Dewa Wisnu dan Dewa Indra beradu kekuartan dengan Dewa Siwa. Tarian
ini menggunakan topeng beruang dan garuda.
6. Legong
Pelayon :
Tarian ini merupakan legong yang memiliki cerita abstrak atau tidak memiliki
cerita khusus didalamnya. Tari legong pelayon merupakan tarian klasik.
7.
Legong Semaradhana :
Mengisahkan Dewa Siwa yang tengah melakukan yoga Samadhi dengan tekun di
Gunung Mahameru. Ia tak acuh terhadap segala suatu yang menarik atau memikat panca indra, bahkan
terhadap kecantikan permaisurinya Dewi Uma. Pada saat itu surga sedang terancam
oleh Nilaludraka, seorang raksasa yang menjadi raja di Senapura. Para dewa
tidak berdaya menghadapinya, bahkan Brahma dan Wisnu merasa cemas seolah- olah
kehilangan kekuasaanya. Hanya Siwa dapat mengganggunya. Wrhaspati sebagai
penasehat para dewa , mengusulkan agar Karma mengorbakan hati Siwa dengan rasa
asmara terhadap Uma.
Karma
menceritakan rencana para dewa kepada Ratih istrinya . Ratih sudah merasakan
firasat- firasat yang tidak baik dan tidak percaya dengan kejujuran Indra dan
para dewa , tapi Kama berusaha menghiburnya . kama mendekati Siwa yang sedang
beryoga. Dengan berbagai senjata yang diarahkan kepada Siwa, Kama berusaha
membangunkan Siwa dari semadinya, tetapi Siwa tetap tidak terganggu Akhirnya kama menggunakan roh musim semi dan
senjata Pancawisaya yang mampu menyentuh dan mengorbankan panca Indra,panah ini
menembus hati Siwa. Siwa terbangun , sesaat sebelumnya teringat akan kecantikan
Uma. Melihat Kama berdiri didepannya Siwa marah dan dengan wujud triwikrama
membakar Kama hingga musnah.
Ratih sangat
sedih atas terbakaranya kama. Ketika ia melihat api yang membakar Kama masih
berkobar, ia melemparkan dirinya kedalam api hingga musnah, sebagai kesetiaanya
kepada Kama. Atas permohonanpara dewa , Siwa setuju menghidupkan kembali Kama
dan Ratih, tapi dalam bentuk tersembunyi dan lepas dari sifat kebendaan.
8.
Legong Kupu-kupu
Tarum :
Menggambarkan kupu- kupu berwarna biru tua( tarum )
yang sedang terbang dan hinggap dari satu bunga ke bunga lainnya. Tarian ini
merupakan tarian putri massal yang diciptakan oleh I Wayan Beratha pada tahun
1960-an.