BAB 1
Pendahuluan
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Bali adalah sebuah pulau di Indonesia , sekaligus menjadi salah satu provinsi Indonesia. Bali terletak diantara pulau jawa dan pulau lombok. Ibukota provinsinya iyalah Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau, tempat-tempat penting lainnya adalah Ubud sebagai pusat seni terletak di kabupaten Gianyar , sedangkan Kuta , Sanur , Seminyak , Jimbaran dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi tujuan pariwisata. Di dunia , Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni budayanya, dan Bali juga dikenal sebagai Pulau Dewata
Bali adalah sebuah pulau di Indonesia , sekaligus menjadi salah satu provinsi Indonesia. Bali terletak diantara pulau jawa dan pulau lombok. Ibukota provinsinya iyalah Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau, tempat-tempat penting lainnya adalah Ubud sebagai pusat seni terletak di kabupaten Gianyar , sedangkan Kuta , Sanur , Seminyak , Jimbaran dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi tujuan pariwisata. Di dunia , Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni budayanya, dan Bali juga dikenal sebagai Pulau Dewata
Musik tradisional Bali memiliki kesamaan dengan musik
tradisional di banyak daerah lainnya di Indonesia, misalnya dalam penggunaan
gamelan , dan berbagai alat musik tabuh lainnya. Demikian pula beragam gamelan
yang dimainkanpun memiliki keunikan , misalnya gamelan jegog , gong gede,
gamelan gambang, gambelan serunding, dam gamelan semar pegulingan. Ada pula
musik angklung dimainakan untuk upacara ngaben serta musik bebonangan dimainkan
dalam upacara lainnya.
Seni tari Bali pada umumnya dikatagorikan menjadi 3
kelompok yaitu , Wali (seni pertunjukan sakral), Bebali (seni pertunjukan untuk
upacara), dan Balih-balihan (seni tari untuk hiburan pengunjung). Tari
Wali contohnya SangHyang Dedari , tari
Bebali contohnya tari Topeng, tari Balih-balihan contohnya Tari Legong.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dicermati lebih dalam
tentang bagaiamanakah eksistensi kesenian tari telek itu sendiri pada
masyarakat Bali yang merupakan bentuk warisan budaya bangsa dalam menunjukkan
karaktertistik masyarakat Bali pada khusunya.
Kurangnya pengetahuam siswa tentang sejarah tari di Bali
meski tari Bali sudah dilestarikan tapi masih perlu adanya pengetahuan tentang
sejarah tari telek. Dalam menyusun laporan ini , saya sangat berterimakasih
kepada berbagai sumber informasi dan data yang telah saya gunakan baik secara
langsung maupun tidak langsung
Semoga laporan sederhana ini dapat memenuhi syarat
sebagai tugas dalam bidang kesenian serta dapat berguna sebagai pengetahuam dan
dapat memeberika dukungan terhadap kelestarian kebudayaan terutama pelestarian
tari telek.
1.2 Rumusan Masalah
1.
bagaimana
cara melestarikan tari telek pada zaman modern saat ini
2.
bagaimana
sejarah teri telek
3.
apa
fungsi tari telek
4.
apa
saja musik iringan tari telek
5.
apa
saja ragam gerak tari telek
1.3 Tujuan Penulisan
Memperkenalkan tari Bali , terutama Tari Telek,
Memberikan informasi tentang Tari Telek, untuk meningkatkan pemahaman pembaca tentang Tari Telek , untuk
melestarikan tari tradisional Tari Telek yang diharapkan memberi manfaat kepada
semua pihak khususnya kepada siswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan
kesenian yang berada di Bali. Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah
diharapkan dapat dijadikan acuan di dalam menghadapi ujian masuk perguruan
tiggi negeri , khususnya bagi para siswa yang ingin mengikuti perguruan tinggi
negeri
BAB
2
Pembahasan
2.1
Sejarah Tari
Pada suatu hari , I Sweca alias Nang Turun menemukan kayu
terdampar (kampih) di pantai sudah
berbentuk calonan (sebuah kayu yang belum
berwujud) Rangda. Sambil membawa pahat dan temutik (pisau paraut kayu), Nang
Turun membawa kayu tersebut sambil menggembala sapi. Ketika itu cuacasangat
panas dan ia pn berteduh di Pura Dalem Kekeran. Semasih ia sadar, ia mendengar
suara “tempe kai” (tirulah aku) dan datang suatu bayangan berwujud rangda.
Dengan segera ia meniru bayangan tersebut, baru selesai wajahnya dan belum
bertelinga, bayangan Rangda itu sudah menghilang, sehingga perwujudan rangda
sampai sekarang tidak ada telinganya. Oleh karena tapel tersebut dianggap
terlalu besar setelah selesai dibuat oleh Nang Turun dan memiliki kekuatan
magis yang terlalu besar (misalnya saat dipentaskan/mesolah aura magis dari
tapel tersebut menimbulkan pagar – pagar rumah masyarakat di sekitar tempat
pementasan roboh), atas petunjuk seorang yang kesurupan dbuatlah tapel yang
baru dengan meminta ijin pada penunggu pohon Pole ke setra Akah dan membawa
sesajen.
Namun, sebelum itu, pada
suatu masa di Desa Jumpai mengalami wabah penyakit hingga rakyat yang berjumlah
800 orang tinggal 300 orang. Karena banyak yang mati dan ada pula yang
meninggalkan desa mengungsi ke Badung, Seseh, dan Semawang, dan banjar menjadi
menciut dari 5 banjar menjadi 2 banjar. Saat itu masyarakat Desa Jumpai
menganggap kejasian tersebut diakibatkan oleh daya magis yang ditimbulkan oleh
Rangda, Barong, dan Telek yang setiap mesolah menggunakan tapel yang dibuat
oleh Nang Turun dari kayu yang ditemukan di tepi pantai. Kemudian, oleh
masyarakat Desa Jumpai tapel-tapel tersebut dihanyutkan kembali ke pantai. Akan
tetapi, tapel-tapel tersebut datang kembali diusunh oleh makhluk halus (gamang)
ditempatkan dipinggir pantai lagi. Berselang beberapa hari, tapel-tapel
tersebut ditemukan oleh sekelompok masyarakat Desa Jumpai di pinggir pantai.
Selanjutnya, maskyarakat Desa Jumpai meyakini bahwa tapel-tapel tersebut memang
untuk Desa Jumpai dan masyarakat di Pura Dalem Penyimpenan (sampai sekarang).
Oleh karena tapel tersebut
terlalu besar daya magisnya, maka atas kesepakatan tetua-tetua di desa Jumpai,
dibuatkanlah tapel baru lagi dengan fungsi yang sama, yaitu menghindari Desa
Jumpai Dari wabah penyakit. Adapun yang membuat tapel-tapel tersebut (Barong,
Rangda, dan Telek) bernama Kaki Patik bersama Tjokorda Puri Satria Kanginan.
Upacara pamlaspas dipimpin oleh Ida Pedande Gde Griya Batu Aji yang berasal
dari Pura Satria dan diselenggarakan di Desa Akah. Pada saat itu pula, selesai
dibuat tapel Barong, Rangde dan Telek secara bersama untuk di Desa Akah dan
untuk di Desa Muncan dengan warna tapel yang berbeda beda (Desa Akah warna
tapelnya putih, Desa Muncan berwarna hitam, dan Desa jumpai berwarna merah),
shingga kini Bhatara Gde di desa Akah dan di Desa Jumpai dianggap masemeton
(bersaudara)
Seperti yang diuraikan
diatas, maka jelaslah proses terjadinya Telek. Akan tetapi, dalam penjelasan
tersebut tidak dijelaskan kapan peristiwa itu terjadi. Demikian pula dengan halnya
mula pertama timbulnya Tari Telek anak-anak Desa Jumpai yang sampai saat ini
belum diketahui secara pasti. Informasi yang dapat dikumpulkan selama
penelitian, bahwa Tari Telek anak-anak di Desa Jumpai sudah ada begitu saja
atau sudah diwarisi secara turun temurun. Tetapi, informaso yang diinginkan
adalah sedapat mungkin diperoleh data menyangkut perkembangan tarian ini.
I Wayan marpa ,engatakan,
bahwa Tari Telek anak-anak di Desa Jumpai diperkirakan mulai berkembang sekitar
tahun 1935 hingga sekarang. Tarian ini dipentaskan 15 hari sekali, yaitu setiap
rahinan Kajeng kliwon, dan setiap ada upacara piodalan di pura yang ada
dilingkungan Desa Jumpai. Tari Telek ini biasanya ditarikan 4 orang penari dan
penarinya boleh laki-laki ataupun perempuan, yang terpenting masih anak-anak.
Jenis tari wali ini merupakan warisan leluhur yang pantang untuk tidak
dipentaskan dilingkungan setempat. Warga setempat meyakini pementasab Telek
sebagai sarana untuk memohon keselamatan dunia, khususnya di wilayah desa adat setempat.
Jika Tari Telek tidak dipentaskan oleh masyarakat setempat, dipercaya akan
dapat mengundang datangnya merana (hama penyakit pada tumbuhan dan ternak),
sasab(wabah penyakit pada manusia), serta marabahaya lainnya yang dapat
mengacaukan keharmonisan dunia. Untuk menghindari bencana yang menimpa desa
tersebut, maka dengan kesepakatan masyarakat Desa Jumpai diadakanlah pementasan
Tari Telek anak-anak dengan Barong Ket yang merupakan susuhunan Desa Jumpai.
Sejak itu kematian semakin berkuarang.
Pementasan Telek di Desa
Jumpai sempat terputus beberapa tahun sebelum Gunung Agung meletus hingga
tragedi G-30-S/PKI pecah.dua tragedi besar itu sempat menghancurkan kedamaian
masyarakat di seluruh Bali. Guna mengembalikan kedamaian tersebut, para tetua
di Desa Jumpai sepakat menggelar serangkaian upacara tolak bala, salah satunya
menghidupkan kembali kesenian Telek yang mereka yakini sebagai sarana memohon
keselamatan dunia-akhirat. Desa Jumpai sekarang, terbagi menjadi 2 banjar,
yaitu Banjar Kangin dan Banjar Kawan. Dua banjar tersebut secara bergiliran
mementaskan Tari Telek, namun di masing-masing banjar memiliki tapel Telek dan
penari Telek. Seriap kali Telek dipentaskan, seluruh warga dipastikan
mennyaksikan sekaligus memohon keselamatan kepada Ida Sang Hyang Widhi.
Tari Telek ini dibawakan
oleh 4 oenari yang boleh ditarikan oleh laki-laki maupun perempuan yang masih
berusia anak-anak sampai memasuki masa Truna Bunga (akil balik kira-kira
berusia 6 tahun sampai 12 tahun). Keempat penari itu memakai topeng berwarna
putih dengan karakter wajah yang lembut dan tampan serta diiringi Tabuh
Bebarongan. Baik di Banjar Kangin maupun Banjar Kawan, tarian ini tidak berdiri
sendiri, tetapi senantiasa dirangkaikanndengan Tari Jauk, Tari Topeng
Penamprat, Bhatara Gde(barong), Rarung dan Bhatara Lingsir (Rangda). Seluruh
unsur tarian itu berpadu membangun satu kesatuan cerita yang utuh dengan durasi
sekitar dua jam. Akhir pertunjukan diwarnai dengan atraksi narat/ngunying yaitu
menusukkan keris ke dada yang bersangkutan maupun ke dada Bhatara Lingsir.
Adapun cerita yang dipergunakan dalam pertunjukan ini, sebagai berikut.
Diceritakan bahwa Bhatari
Giri Putri turun ke bumi untuk mencari air susu lembu, untuk suaminnya, Bhatara
Siwa yang berpura-pura sakit. Bhatara Siwa ingin menguji keteguhan hati
istrinya. Di bumi Bhatara Giri Putri bertemu dengan seorang pengembala lembu
yang sedang memerah susu, lalu beliau mendekatinya dan meminta air susu
lembunya untuk obat suaminya si pengembala akan memberinya apabila Bhatara Giri
Putri mau membalas cinta asmaranya dan Bhatara Giri Putri menyetujuinya.
Sebenarnya si pengembala tersebut adalah Bhatara Siwa sendiri yang ingin
menguji kesetiaan istrinya.
Setelah air susu lembu
diperolehnya, lalu dihaturkan kepada Bhatara Siwa, tetapi Bhatara Siwa ingin
menguji air susu tersebut dengan memasang nujumnya yang dilakukan oleh Bhatara
Gana. Ternyata air susu tersebut didapat dengan jalan mengorbankan dirinya
(berbuat serong). Seketika itu juga Bhatara siwa marah dan membakar lontar
nujunya. Bhatara Siwa lalu mengutuknya mejadi Durga dan tinggal sebagai
penghuni kuburan yang bernama Setra Ganda Mayu dengan hambanya yang bernama
Kalika.
Sang Hyang Kumara yang
masih kecil ditinggalkam oleh ibunya, Bhatara Giri Putri, menangis kehausan.
Bhatar Siwa lalu mengutus Sang Hyang Tiga untuk mencari ibunya ke bumi.
Pertama, turunlah Sang Hyang Wisnu dengan berubah menjadi Telek menyebar ke
empat penjuru, tetapi tidak menemukannya. Terakhir, turunlah Sang Hyang Iswara
yang berbentuk Banspati Raja (Barong). Karena dekat dengan Setra Ganda Mayu,
maka beliau melihat Kalika sedang bersemedi. Kemudian Kalika dikoyak-koyak maka
timbul marahnya, dan terjadilah perang antara Kalika dengan Barong (Bhatara
Iswara). Akhirnya kalika kalah, lari menuju Bhatara Durga untuk melaporkannya.
Pada saat itu Durga berbentuk Rangda dan kemenangan ada pada Raangda.
Demikianlah perkembangan Tari Telek pada anak-anak di Desa Jumpai, serta cerita
yang dipakai dalam pementasannya di Desa tersebut dan cerita tersebut masih
dipergunakan sampai sekarang.
Tari Jauk ini menggambarkan raja atau pemimmpin yang
sangat angkuh dan sombong seperti raksasa bermahkotakan raja, gerak geriknya
cenderung kasar dan tidak menghiraukan sopan santun.
Tari Jauk dibedakan menjadi dua yaitu :
1.
Jauk Keras, seperti namanya, gerakannya pun lebih bringas. Dimana gerakannya lebih
energik dan gamelan gongnya pun cepat, biasanya mempunyai gerakan standar
sendiri. Topeng yang dipakai adalah topeng yang berwarna merah, dimana
menggambarkan keberingasan sang Raksasa. Topeng yang dipakai seperti ini. Jadi
merah, ada kumis dan mata melotot tajam, menggambarkan keberingasan.
2. Jauk
Manis, jauk ini seperti
namanya, mempunyai gerakaan yang lebih berwibawa. Aslinya Jauk Manis ini
pakaiannya sama denga Jauk Keras tetapi bedanya ada di topengnya dimana
Topengnya berwarna putih dan kelihatan lebih berwibawa. Karena Jauk Manis ini
lebih fleksibel dari Jauk Keras, para seniman tari di Bali akhirnya
mengimprovisasi dan membentuk tarian Jauk yang berbeda. Misalnya topeng tua,
tari ini termasuk tari topeng jauk. Dimana menggambarkan orang tua. Jadi
gerakannya pun mirip seperti orang tua, itulah keunggulan jauk manis yaitu
topengnya lebih lembut dari Jauk Keras.
2.2
Perkembangan Tari
Perkembangan tari telek pada saat ini masih menunjukkan eksistensinya khususnya di daerah jumpai , walaupun di daerah lain di Bali tidak banyak yang mengetahui tentang tari telek. Tari telek masih mengalami eksistensi yang baik di daerahnya, Ini disebabkan tari telek adalah tarian sakral daerah desa jumpai yang terkenal dengan mistisnya dan harus dipentaskan setiap hai rahinn kajeng kliwon, maka dari itu tarian ini masih tetap ada hingga saat ini, walaupun tidak banyak yang mengetahui
Perkembangan tari telek pada saat ini masih menunjukkan eksistensinya khususnya di daerah jumpai , walaupun di daerah lain di Bali tidak banyak yang mengetahui tentang tari telek. Tari telek masih mengalami eksistensi yang baik di daerahnya, Ini disebabkan tari telek adalah tarian sakral daerah desa jumpai yang terkenal dengan mistisnya dan harus dipentaskan setiap hai rahinn kajeng kliwon, maka dari itu tarian ini masih tetap ada hingga saat ini, walaupun tidak banyak yang mengetahui
Tarian
ini tidak diketahui kapan munculnya, tarian ini ditarikan oleh
anak-anak, tarian ini setiap dipentaskan selalu disandingkan dengan rangda atau
barong. Karena dipercaya menolak bala sampai saat ini desa jumpai rutin
mementaskan tarian tersebut. Bagi warga khususnya warga Bali yang tidak
mengetahui tentang tari telek, semoga dengan laporan ini bisa memberi atau
menambah wawasan nya mengenai tarian sakral yang ada di bali seperti contohnya
tari telek.
2.3 Fungsi tari
Tari telek merupakan salah satu tari wali atau tari sakral. Tarian ini biasa ditarikan setiap hari rahinan kejng kliwon khususnya hanya di Desa jumpai, tarian ini mengandung aura mistis yang sangat kuat yang juga diyakini atau dipercaya oleh warga setempat sebagai penolak bala dan jika tidak dipentaskan secara rutin akan menimbulkan bencana atau menyebabkan keadaan sekitar menjadi kacau dan bisa juga menjadi penyebab datangnya wabah penyakit.
Tari telek merupakan salah satu tari wali atau tari sakral. Tarian ini biasa ditarikan setiap hari rahinan kejng kliwon khususnya hanya di Desa jumpai, tarian ini mengandung aura mistis yang sangat kuat yang juga diyakini atau dipercaya oleh warga setempat sebagai penolak bala dan jika tidak dipentaskan secara rutin akan menimbulkan bencana atau menyebabkan keadaan sekitar menjadi kacau dan bisa juga menjadi penyebab datangnya wabah penyakit.
Tarian ini juga sekaligus sebagai tari hiburan karena
setiap tarian ini dipentaskan, dipastikan seluruh warga desa jumpai akan
menyaksikan tarian ini, setelah atau sebelum melakukan persmbahyangan.
2.4 Ragam gerak
Gerakan Tari Telek Jumpai dapat dikatakan tidak jauh
berbeda dengan gerak-gerak Tari Telek pada umumnya ditempat lain. Akan tetapi
terdapat salah satu gerak yang menunjukkan ciri khas dari Tari Telek di Desa
Jumpai, yaitu gerakan yang berpusat pada kaki dengan disertai gerakan di lutut,
tangan kanan ngembat dang tangan kiri ngepel kipas. Gerakan ini disebut gerakan
kambing buang. Adapun gerakan Tari Telek di Desa Jumpai dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Agem, sikap berdiri sesuai dengan karakter yang dibawakan,
dan dikenal dengan adanya agem kanan dan agem kiri. Agem kanan Tari Telek
Anak-anak di Desa Jumpai adalah posisi tangan kanan sejajar mata ngepel kipas,
sedanhkan tangan kiri sirang susu, pandangan ke depan, kaki tapak sirang
renggang kira-kira du genggam tangan. Begitu pula sebaliknya dengan agem kiri.
2.
Nyalud,
gerakan tangan kesamping bawah dengan posisi tangan ngemudra.
3.
Nyer
segala arah, posisi tangan, satu sirang susu dan satu lagi ngembat.
4.
Aras-arasan, gerakan leher ke kanan dan ke kiri mulai dengan lambat kemudian cepat.
Mearas-arasan menurut I Made Santa selaku koordinator Tari Telek ini adalah
sama dengan pengipuk, yaitu ekspresi cinta yang siungkapkan melalui tarian atau
gerak tari.
5.
Ngeliput,
pegangan kipas diujung jari tangan (nyungsung) dengangerakan yang bernama
utul-utul, yaitu pegekangan tangan diputar.
6. Malpal, gerakan berjalan menurut mat atau kajar dalam suatu lagu gamelan. Dalam gerakan ini jatuhnya kaki tetap tapak sirang pada. Begitu pula gerakan malpal yang terdapat pada Tari Telek di Desa Jumpai.
7.
Ulap-ulap,
posisi lengan agak menyiku dengan variassi gerak tangan seperti memperhatikan
sesuatu.
8.
Ngumbang,
gerakan berjalan pada tari dengan jatuhnya kaki menurut mat gending atau
pukulan kajar. Ngumbang ada 2 macam yaitu ngumbang ombak segara dan ngumbang
luk penyalin. Ngumbang ombak segara adalah berjalan ke depan, ke belakang
posisi badan ngeed (rendah) dan kelihatan seperti ombak segara. Sedangkan
ngumbang luk penyalin adalah berjalan membentuk garis lengkung kanan dan kiri,
kelihatan speprti lengkungan rotan. Begitu pula ngumbang yang terdapat pada
Tari Telek di Desa Jumpai ada ngumbak ombak segara dan ngumbang luk penyalin.
9.
Gerakan kambing buang, gerakan ini seperi gerakan ngitir yaitu, dilakukan
lebih cepat dari ngegol, dilakukan ditempat dengan posisi tangan kiri ngembat,
sedangkan tangan kanan ngepel kipas. Gerakan ini berpusat pada lutut yangb
bergetar.
10. Gerakan
ngotes oncer gelungan,
gerakan ini adalah gerakan tangan kiri mengibaskan oncer pada gelungan, semacam
ngotes rambut pada Tari Gambbuh hanya saja putarannya kedepan.
11. Gerakan
angkih-angkih, gerakan mengatur
nafas sehingga gerakan badan menjadi naik turun.
Struktur gerak dan pola lantai
Tari Telek.
Tari Telek yang terdapat
di Desa Jumpai kabupaten Klungkung mempunyai struktur gerak dan pola lantai
yang cukup sederhana, yaitu sebagai berikut :
a) Pepeson (pembukaan),
- Setelah diawali dengan tabuh pembukaan, muncullah 4
orang penari telek dengan gerakan malpal atau berjalan menyilang, tangan kanan
memegang kipas ngeliput, tangan kiri sirang susu.
- Kemudian mengambil tempat masing-masing yaitu dibagian
depan 2 orang penari, dan bagian belakang 2 orang penari, dengan gerakan agem
kanan, mengatur nafas, diikuti kipekan dan sledet, dan dilanjutkan dengan agem
kiri yang gerakannya sama seperti agem kanan. Gerakan ini dilakukan 2 kali
berturut-turut.
b)
Pengawak
(isi),
- Nyeregseg bersama-sama ke kanan dan kekiri sebanyak 4
kali, agem kanan diteruskan dengan berjalan kemudian bertukar tempat lalu
melakukan gerakan kambing buang atau ngitir, kemudia nyregses lagi, dilanjutkan
dengan agem kanan.
- Mearas-arasan, yaitu 2 orang penari jongkok dan 2 orang
penari lainnya berdiri. Ini dilakukan secara bergantian.
c)
Pekaad
(penutup),
- Kemudian para penari Teelek ini mencari tempat semula
dan duduk dengan kipas ngeliput. Maka datanglah dua orang penamprat yang
melakukan gerakan agem kanan, agem kiri, opak lantang, berjalan malpal,
kemudian para penari Telek bangun malpal menjadi satu baris menghadap ke
belakang.
- Setelah itu, 2 penari Telek nyregseg ke kanan dan 3
orang lainnya ke kiri. Ini dilakukan bergantian dengan gerakan ngeliput, tangan
kiri sirang susu, dan penari atau penamprat pulang, dan berakhirlah Tari Telek
ini.
2.5 Kostum
Tata rias dan busana kostum atau busana adalah segala perlengkapan pakaian dalam tari Bali. Busana merupakan faktor pendukung yang sangat penting dalam tari Bali, karena melalui busana penonton dapat membedakan setiap tokoh yang tampil.
Tata rias dan busana kostum atau busana adalah segala perlengkapan pakaian dalam tari Bali. Busana merupakan faktor pendukung yang sangat penting dalam tari Bali, karena melalui busana penonton dapat membedakan setiap tokoh yang tampil.
Tari telek di Desa Jumpai memakai busana awiran yang
sangat sederhana. Dari semula busana yang dipakai tidak mengalami perubahan.
Adapun busana yang digunakan oleh penari Telek di Desa Jumpaidapat dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu hiasan badan, hiasan kepala, dan perlengkapan yang
dibawa, serta tapel.
Dari kedua banjar (Banjar Kangin dan Banjar Kawan) busana
yang mereka pakai sama, namun mereka memiliki dan perlengkapan masing-masing.
Hanya saja tapel yang dimiliki kedua banjar tersebut berbeda bentuknya. Tempat menyimpan
busana dan gelungan do Banjra Kawan dan Banjar Kangin adalah di dalam ruangan
khusus yang berada di masing-masing bale banjar. Hanya tapel Telek saja yang
disimpan bersama-sama dengan Barong dan Rangda di Pura Dalem Pesimpenan.
bagian bagian busana Tari Telek :
bagian bagian busana Tari Telek :
1. Hiasan kepala
Satu-satunya hiasan kepala pada Tari Telek di Desa Jumpai
adalah memakai gelungan yang berbentuk cecandian yang terbuat dari kulit,
penyalin dan benang putih yang melingkar sampai ke bahu yang gunanya untuk
menjaga agar gelungan tidak jatuh, juga menutupi supaya karet talinya tidak
terlihat kotor. Pada sisi kiri gelungan ada hiasan benang yang disebut dengan
oncer. Masing-masing banjar memiliki gelungannya sendiri. Sebelum
para penari Telek anak-anak ini menggunakan gelungan,
mereka menggunakan penutup kepala terlebih dahulu. Penutup kepala tersebut
berupa udeng putih yang merupakan selembaran kain berwarna putih yang berukuran
1 meter berbentuk persegi dan berfungsi sebagai penutup kepala
2. Hiasan badan
Hiasan badan adalah yang digunakan untuk menutupi badan
bagian bawah, yaitu terdiri dari :
1. Celana putih yaitu, celana panjang dengan warna putih yang guunanya
untuk menutupi badan bagian bawah.
2. Baju putih, baju berlengan panjang dibuat dari kain putih
3. Gelang kana, hiasan pada pergelangan tangan yang terbuat dari kulit
dan dicat prada.
4. Badong, hiasan pada leher yang bentuknya bundar, dibuat dari
kain beludru yang dihiasi dengan batu-batu manik (mute)
5. Awiran, hiasan yang berjurai-jurai berwarna-warni dan
digantungkan pada badan dan juga dibawah keris.
6. Lamak, hiasan depan yang dibuat dari kain yang berwarna-warni
dan diihiasi dengan bermacam-macam warna mute.
7. Stewel, hiasan yang membalut celana atau jaler dari bawah lutut
sampai pada pergelangan kaki.
3. Perlengkapan
yang dibawa dan tapel :
1. Kipas , Perlengkapan yanng dibawa penari Telek do Desa Jumpai
adalah kipas yang terbuat dari kain yang diprada, beruas-ruas dari bambu, yang
berfungsi sebagai properti atau perlengkapan busasa.
2. Tapel, merupakan benda penutup wajah yang disebut juga topeng.
Tapel Telek di Desa Jumpai terbuat dari kayu dan dicat berwarna putih yang
banyaknya 4 buah. Tapel Telek Jumpai berbentuk tapel putri halus dengan warna
putih untuk menunjukkan karakter halus.
2.6 Musik iringan
Tari
Telek diiringi oleh instrumental gamelan Bali lengkap atau sering atau sering
kita sebut “gong bebarungan”. Instrumental ini terdiri atas banyak instrumental
lain yang akan berpadu menjadi satu dan menghasilkan bunyian atau iringan yang
dinamis “Gong Bebarungan” ini terdiri atas 12 jenis instrumental yang berbeda , yaitu :
1 ) Kendang : kendang yang dipakai berjumlah 2 buah
(sepasang) tanpai memakai alat pukul. Dimainkan dengan menggunakan tangan
saling melengkapi dengan pasangannya.
2) Cengceng : ini bukan yang versi besar
(seperti yang dipakai untuk beleganjur) tetapi versi yang lebih kecil dengan
daun berjumlah 4-6 , dengan alat pukul yaitu berbentuk cengceng biasa tetapi
kecil
3) Suling : suling diperlukan sebagai
memperhalus dan memepermanis iringan musik. Suling disini bisa berjumlah 4-5
orang.
4) Petruk / tawe-tawe : instrumnetal ini
berguna sebagai penentu tempo iringan musik. Cepat atau lambatnya tempo
ditentukan oleh instrumental ini.
5) Gangse : adalah instrumental pokok yang
dipakai dalam gamelan Bali ini , gangse dengan jumlah daun sebanyak 12 buah
dengan nada-nada yang teratur. Gangse dalam iringan ini berjumlah 4 buah ,
dengan posisi 2 buah sebelah kiri , dan 2 buah sebelah kanan ugal / giying.
6) Ugal / giying : komando dari “Gong Bebarungan”
iyalah ugal / giying. Instrumental ini berjumlah 2 buah dengan bentuk sama
seperti gangse, namun nada dan entuk lebih besar. Posisi ugal ini berada di
depan dan di belakang.
7) Kantilan : instrumental yang sama dengan
gangse , tetapi bentuk dan nada lebih kecil. Instrumental ini berjumlah 4 buah
dengan posisi yang sama seperti gangse.
8) Reong : instrumental yang hampir sama
dengan salah satu instrumental dari Jawa ini berdaun 12 dan dimainkan oleh 4
orang dalam satu instrumental.
9) Kenyur : instrumental dengan daun sebanyak
7 yang dimana instrumental ini bertujuan agar iringan lebih ritmis dan indah di
dengar. Di dalam “Gong Bebarungan” ini kenyur ini dipakai 29 buah
10) Jublag : instrumental ini memiliki
kesamaan dengan kenyur seperti yang disebutkan tadi. Memiliki tujuan yang sama
dan bentuk yang sama , tetapi dengan perbedaan yang terletak pada jumlah
daunnya , yaitu jablag berjumlah 5 daun.
11) Jegogan : sama seperti jublag dan kenyur
, jegogan memiliki fungsi sebagai penghalus iringan musik serta agar iringan
lebih ritmis dan dinamis. Jegogan erbentuk besar yang memiliki 5 daun dan
berjumlah 2 buah dalam “Gong Bebarungan” yang diposisiskan di belakang bersama
kenyur , jublag dan gong.
12)Gong : sebenarnya intrumnetal ini memiliki
instrumental lain , yaitu
(a)Kempur : diartikan
disini seperti istri dari gong dengan bentuk lebih kecil dan nada lebih kecil.
(b)Kentong : hanya
sebagai pelengkap gong ini
BAB
3 Penutup
3.1Kesimpulan
Dari uraian yang saya tuliskan dalam makalah ini bahwa seni tari merupakan buah karya manusia yang di ekspresikan dalam gerak-gerak yang indah. Dimana setiap unsur geraknya mempunyai arti dan tujuan dari sang koreografinya. Gerak seni tari bukan hanya tertumpu pada tubuh saja tetapi kelengkapan tari (rias , buasana , musik , dll) menjadi kebutuhan yang sangat terkait.
Dari uraian yang saya tuliskan dalam makalah ini bahwa seni tari merupakan buah karya manusia yang di ekspresikan dalam gerak-gerak yang indah. Dimana setiap unsur geraknya mempunyai arti dan tujuan dari sang koreografinya. Gerak seni tari bukan hanya tertumpu pada tubuh saja tetapi kelengkapan tari (rias , buasana , musik , dll) menjadi kebutuhan yang sangat terkait.
Berbagai
macam tari yang kita lihat banyak dipengaruhi oleh fungsi sosial seperti tari
upacara, tari hiburan dan tari pertunjukkan. Sementara berdasarkan penyajiannya
bentuk tarian terbagi atas tari tunggal , berpasangan , dan paduan berpasangan.
Cara penyajiannya dapat secara statis dan mobile. Konsep garapan pada seni tari
terbagi menjadi tari tradisional dan tari kreasi dengan tema Literer dan Non
Literer sebagai acuan konsep garapan. Dari uraian di atas pula dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan seni tari adalah ekspresi jiwa manusia
yang diwujudkan melalui gerak keseluruhan tubuh yang indah. Kita sebagai orang
Bali yang memiliki rasa cinta terhadap kebudayaan Bali harus mengetahui sejarah
tari Bali dan kita harus melestarikannya agar tidak diklaim oleh negara lain
dan agar tidak punah.
3.2 Saran dan Kritik
Para remaja tidak melupakanTari Telek sebagai tari
tradisional kita ,Kita sebagai generasi muda harus bisa melestarikan
kebudayaan kita sendiri terutama di Bali, supaya budaya yang sudah ada dari
zaman dahulu ini tidak tergeser oleh pengaruh budaya luar . Semoga laporan ini membantu proses belajar mengajar di
sekolah dan bisa dimengerti oleh pembaca.
Daftar Pustaka &Narasumber
Nama : I Wayan Sudiarta, S.Pd
Ttl :
Klungkung, 1 Desember 1980
Pendidikan : S1
Pendidikan
Alamat :
Jalan Puputan No 38 Semarapura Bali
No hp :
081338608558
Pekerjaan : Guru
- Gerakan Pramuka Kwarcab
Klungkung, Tahun 1996 – 2000.
- Komunitas Seni Sanggar
Kayonan Klungkung, Tahun 1997 – sekarang.
- Ketua Karang Taruna
Indonesia Kelurahan Semarapura Klod Kangin Klungkung, Tahun 2004 – 2010.
- Penari Pragmentari
Festival Gong Kebyar PKB XXV Duta Kabupaten Karangasem, Tahun 2003, di
Denpasar.
- Penari Baleganjur
Festival Padang Bai Tahun 2005, di Karangasem.
- Penari Pragmentari
Parade Gong Kebyar PKB XXIX Duta Kabupaten Klungkung, Tahun 2007. Di
Denpasar
- Kegiatan Seminar
Kesehatan Reproduksi dan Kanker di Kabupaten Klungkung, Tahun 2008.
- Peserta Pawai Pembukaan
PKB XXX Duta Kabupaten Klungkung, di Denpasar Tahun 2008.
- Penari Pragmentari
Baleganjur PKB XXX Duta Kabupaten Klungkung, di Denpasar Tahun 2008.
- Penari Tari Kreasi
Kembang Pencak Parade Gong Kebyar PKB XXXI Duta Kabupaten Klungkung Tahun
2009 di Denpasar.
Nama :I
Komang OktaUdiana
Ttl :Jumpai 29 Oktober 1995
Alamat :Br.Kawan, Ds Jumpai
Hobi : Kerawitan
Cita-cita : -
Status :Pelajar
Sekolah : SMA 1 Semarapura
PRESTASI : - PKB Gong Kebyar Anak- Anak 2010
- PKB Gong Kebyar Anak- Anak 2011
- PKB Gong Kebyar Anak- Anak 2012
Ttl :Jumpai 29 Oktober 1995
Alamat :Br.Kawan, Ds Jumpai
Hobi : Kerawitan
Cita-cita : -
Status :Pelajar
Sekolah : SMA 1 Semarapura
PRESTASI : - PKB Gong Kebyar Anak- Anak 2010
- PKB Gong Kebyar Anak- Anak 2011
- PKB Gong Kebyar Anak- Anak 2012
Nama : I Wayan Adi Martana
Ttl : Jumpai 24 Maret 1996
Alamat : Br Kangin Ds. Jumpai
Hobi :Megambel dan Menari
Cita – Cita : Guru Seni Tari
Status : Pelajar
Sekolah : SMK 3 Saraswati / KOKAR
Prestasi :- Juara 1 Baris Tunggal tingkat provinsi di Ubud
- Juara 1Tari Jauk Keras se- Kabupaten Klungkung
- Juara 1 Tari Kebyar duduk tingkat Kabupaten
- Juara 2 Tari Tani ( Kelompok) tingkat Kabupaten
Ttl : Jumpai 24 Maret 1996
Alamat : Br Kangin Ds. Jumpai
Hobi :Megambel dan Menari
Cita – Cita : Guru Seni Tari
Status : Pelajar
Sekolah : SMK 3 Saraswati / KOKAR
Prestasi :- Juara 1 Baris Tunggal tingkat provinsi di Ubud
- Juara 1Tari Jauk Keras se- Kabupaten Klungkung
- Juara 1 Tari Kebyar duduk tingkat Kabupaten
- Juara 2 Tari Tani ( Kelompok) tingkat Kabupaten
Lampiran:
Foto – Foto Penari Telek
Foto – Foto Penari Telek
0 komentar:
Posting Komentar